Sejarah Revolusi Amerika Serikat, Latar Belakang, Dampak Dan Akibat, Tujuan, Tokoh, Peristiwa
Artikel dan Makalah tentang Sejarah Revolusi Amerika Serikat, Latar Belakang, Dampak Dan Akibat, Tujuan, Tokoh, Peristiwa - Pada era globalisasi ini, Amerika Serikat merupakan satu negara adidaya yang mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan dunia. Setiap aspek kehidupan hari ini yang berkembang di dunia internasional selalu melibatkan peranan Amerika Serikat. Damai dan perang yang terjadi dunia selalu dipengaruhi Amerika Serikat. Bila ditelusuri, ternyata sejarah Amerika Serikat memiliki usia yang lebih muda dibanding dengan sejarah Indonesia. Namun, beberapa peristiwa dalam sejarah Amerika telah banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan dunia, termasuk Indonesia. Salah satu dari peristiwa tersebut adalah Revolusi Amerika. (Baca juga : Dampak, Akibat, dan Pengaruh Revolusi Perancis, Amerika, dan Rusia Terhadap Pergerakan Nasional di Indonesia)
1. Latar Belakang Timbulnya Revolusi Amerika
a. Terbentuknya Koloni di Amerika Utara
Bangsa yang pertama kali sampai di benua Amerika adalah Spanyol. Pada
1492 M Christophorus Colombus mendarat di Kepulauan Bahama, Kuba, dan
Santo Domingo di bagian selatan benua tersebut. Kedatangan Colombus ke
benua “baru” tersebut membawa dampak terhadap banyaknya pelancong dari
daratan Eropa yang berkunjung ke benua tersebut. Pada saat itu Eropa
masih dilanda kemelut politik, kemiskinan, dan konflik agama yang
terus-menerus.
Nama Amerika sendiri diambil dari nama seorang penjelajah Spanyol
bernama Amerigo Vespuci. Ia melancong setelah Colombus menemukan benua
tersebut. Awalnya Colombus menyatakan bahwa benua yang ia temukan adalah
dunia timur (India) yang sedang dicarinya sehingga rakyat asli benua
Amerika yang ditemuinya oleh Colombus namai suku Indian. Kesalahan
Colombus tersebut kemudian diketahui dan diperbaiki oleh Vespuci.
Setelah Vespuci menyebarluaskan keberadaan benua tersebut melalui buku
yang ia susun selepas kepergiannya ke Amerika, semakin banyaklah
orang-orang dari Eropa untuk datang ke Amerika sehingga terbentuklah
koloni-koloni baru di Amerika. Kedatangan orang Eropa yang sangat
banyak, selanjutnya, telah memunculkan perebutan wilayah yang dilakukan
beberapa negara Eropa yang melancong ke Amerika. Wilayah Amerika Utara
diperebutkan oleh orang-orang Prancis, Inggris, dan Belanda. Pada 1602,
Prancis yang dipelopori oleh Samuel de Camplain, telah menduduki Kanada,
tahun 1682 La Salle menduduki Lousiana di daerah Sungai Missisipi.
Dengan demikian, Prancis telah menguasai wilayah dari Kanada sampai New
Orleans.
Pada 1609, bangsa Belanda kemudian menduduki daerah Sungai Hudson. Pada
1826, Minnit mendirikan koloni yang diberi nama Nieuw Amsterdam. Bangsa
Inggris pun tak ketinggalan, pada tahun 1589 Raleiq menduduki wilayah
Virginia, kemudian pada 1620 Pilgrim Father berhasil menduduki
Massachusetts dan tahun 1623 Calvert menduduki Maryland.
Dalam perebutan kekuasaan itu ternyata Inggris lebih unggul. Hal ini
dibuktikan pada 1674 Inggris merebut Nieuw Amsterdam dari tangan Belanda
dan menggantinya dengan nama New York. Dalam Perang Tujuh Tahun
1756-1763, Inggris mampu merebut Kanada dan Lousiana di daerah Sungai
Missisipi dari tangan Prancis. Dengan demikian Inggris telah mendominasi
daerah koloni di Amerika Utara.
Kondisi internal negara-negara Eropa dan informasi akan keberadaan benua
baru sejak abad ke-17 sampai abad ke-19, menjadi penyebab penduduk
Eropa Utara berpindah ke Amerika Utara. Penduduk yang pindah dari
Inggris adalah penduduk yang berasal dari golongan Puritan, yaitu
golongan yang tak mau memeluk agama Anglikan sehingga hidup mereka
tertindas oleh raja.
Di Prancis juga terjadi hal yang serupa, yaitu penindasan raja yang
beragama Katolik terhadap masyarakat yang beragama Protesan. Penindasan
itu mendorong penduduk yang ingin bebas dalam menjalankan agamanya
dengan cara berdiaspora (menyebar). Kehidupan yang absolut di Eropa
telah mendorong penduduk untuk mencari kebebasan dan kesejahteraan hidup
yang lebih baik. Sesampainya di Amerika, mereka menduduki wilayah
secara berkelompok sesuai dengan asal negaranya. Dan daerah tersebut
akirnya berkembang menjadi sebuah koloni.
Koloni yang pertama di Amerika Utara adalah Jamestown di Virginia.
Koloni ini terkenal sebagai daerah penghasil tembakau yang baik. Dengan
komoditasnya tersebut Virginia berkembang menjadi koloni yang makmur dan
disegani. Tahun 1700 masing-masing koloni berkembang dan memiliki
pelabuhan sendiri. Adapun kerja sama yang berkembang antarkoloni pada
waktu itu adalah dalam bidang:
(1) kegiatan perdagangan;
(2) pelayaran;
(3) produksi barang jadi;
(4) pengadaan mata uang.
Pada saat itu juga sudah berdiri beberapa koloni yang didirikan oleh orang-orang Eropa, di antaranya:
(1) Virginia;
(2) Massachusetts;
(3) Connecticuts;
(4) New Jersey;
(5) New Hampshire;
(6) Maine;
(7) Maryland;
(8) Carolina;
(9) Pennsylvania.
Setiap koloni membentuk peraturan untuk kepentingan sendiri termasuk
dalam hal memilih pemimpin dan dewan rakyat. Perjalanan koloni ini
membawa dampak yang baik atas munculnya ide terhadap rasa persatuan.
Atas dasar rasa persatuan di antara koloni tersebut, terbentuklah
organisasi Kongres Kontinental yang menjadi perintis berdirinya negara
Amerika Serikat.
b. Kemajuan Pendidikan dan Persuratkabaran
Terbentuknya koloni-koloni di Amerika Utara telah memunculkan tuntutan
akan pendidikan bagi anak-anak di daerah koloni yang sangat membutuhkan
pendidikan ala Eropa. Sejak 1647 di beberapa koloni, di antaranya
Massachussets Bay, telah melaksanakan wajib belajar bagi siswa sekolah
dasar. Hal itu kemudian diikuti oleh koloni yang lainnya.di daerah
ladang dan perkebunan yang saling terpisah. Beberapa pemilik perkebunan
bersama-sama memanggil guru. Selain itu tidak sedikit mereka yang
mengirimkan anaknya untuk bersekolah di Inggris. Koloni yang giat
memajukan bidang pendidikan adalah Pensylvania. Sekolah pertama
didirikan pada tahun 1683 yang mengajarkan ilmu membaca, menulis tata
buku, bahasa klasik, sejarah, dan kesusastraan. Philadelpia mendirikan
sekolah matematika, ilmu pengetahuan alam, dan bahasa. Akhirnya,
pendidikan berkembang dan kelak akan memegang peranan dan sebagai dasar
bagi perkembangan pendidikan dan kebudayaan Amerika.
Untuk menyebarluaskan kemajuan yang dicapai oleh masing-masing koloni,
diperlukan sarana informasi. Bidang persuratkabaran pun berkembang
dengan pesat yang ditandai oleh:
(1) pada 1704 diterbitkan surat kabar pertama di Boston yang diikuti oleh daerah lainnya;
(2) pada 1733 diterbitkan majalah mingguan pertama di Amerika yang bernama New York Weekly Journal.
Melalui pers ini pandangan serta kemajuan koloni mengarah kepada
kebebasan politik yang cukup besar. Berkembangnya kebebasan politik di
koloni-koloni Inggris di Amerika Utara telah mendorong koloni tersebut
untuk memisahkan diri dari negara Inggris sebagai negara induk, yang
kemudian melatarbelakangi lahirnya Revolusi Amerika.
2. Kemerdekaan 4 Juli 1776: Revolusi Amerika
Menurut pandangan orang-orang Amerika, koloni itu merupakan satuan
pemerintahan sendiri dalam imperium Inggris. Dalam pandangan Inggris,
Amerika belum matang dan belum mampu untuk berdiri sendiri. Oleh karena
itu, undang-undang koloni dan penetapan pajak bagi koloni ditetapkan
oleh parlemen Inggris tanpa wakil dari koloni, sementara itu
koloni-koloni di Amerika menginginkan agar mereka dapat memiliki wakil
di parlemen Inggris. Pertentangan tersebut menimbulkan ketegangan
antarkoloni di Amerika dan pemerintahan Inggris. Suatu pergolakan untuk
mencapai kemerdekaan dan bebas berpikir di Amerika berlangsung tahun
1763, setelah berakhirnya Perang Tujuh Tahun. Ketika itu Inggris telah
berhasil mematahkan kekuasaan Prancis di Amerika Utara. Pada 1763 telah
berhasil dibangun persimpangan jalan antara Inggris dan Amerika dengan
berdirinya pusat permukiman secara permanen yang pertama: Jamestown di
Virginia. Sampai 1763 Britania Raya belum merumuskan suatu garis politik
yang tegas bagi daerah koloni miliknya. Inggris masih berpandangan
merkantilisme, yaitu bahwa koloni yang harus menyediakan bahan mentah
bagi Inggris dan dilarang menyaingi dalam pembuatan barang. Pada 1763
pemerintah Inggris mengeluarkan maklumat kerajaan yang berisi pembatalan
semua pengakuan atas tanah di Amerika bagian barat oleh 13 koloni.
Soal penentuan undang-undang menjadi sebab utama sengketa antarkoloni di
Amerika dan Inggris, misalnya Undang-undang Perangko yang menetapkan
semua surat dan pamflet, surat keterangan, serta tanda bukti sewa, harus
memakai perangko. Undang-undang tersebut menimbulkan reaksi di 13
koloni. Akhirnya mereka semua sepakat untuk menandatangani kesepakatan
tersebut.
Pada tahun 1765 M, terbentuklah organisasi yang bernama “Putar
Kemerdekaan”. Organisasi tersebut bertujuan mengorbankan pemberontakan
koloni. Para koloni tidak mengakui parlemen yang ada di Inggris serta
tidak berhak membuat peraturan di koloni. Atas tindakan tersebut
akhirnya pada 1766 pemerintah Inggris memerintah untuk mencabut kembali
Undang-undang Perangko. Pada 1770 pemerintah Inggris mencabut semua
pajak di Townshend kecuali pajak teh. Pada 16 Desember 1773,
segerombolan orang-orang menyamar sebagai Indian suku Mohawk dengan
menaiki kapal Inggris yang sedang berlabuh, menceburkan muatan ke laut
di pelabuhan Boston.
Pada 23 Agustus 1775, Raja George mengeluarkan maklumat yang menyatakan
bahwa koloni sedang melancarkan pemberontakan. Lima bulan kemudian
Thomas Paine menerbitkan pamflet tebal yang berjudul “Common Sense”. Isi
pamflet tersebut memuat tentang pentingnya sebuah kemerdekaan.
Pada 10 Mei 1776 sebuah resolusi untuk memotong tali belenggu parlemen
Inggris dikeluarkan oleh sebuah komite yang beranggotakan lima orang
yang dipimpin Thomas Jefferson dari Virginia dengan tujuan mempersiapkan
suatu deklarasi kemerdekaan. Deklarasi Kemerdekaan dicetuskan pada
tanggal 4 Juli di Philadelpia. Pengumuman kelahiran negara baru ini
mencetuskan suatu falsafah kemerdekaan manusia yang kemudian menjadi
kekuatan dinamis di seluruh dunia. Falsafah itu berpijak pada landasan
bahwa kebebasan perseorangan yang menggerakkan dukungan seluruh warga
Amerika untuk mencapai kemerdekaan. Setelah memutuskan hubungan dengan
Inggris lalu mendirikan Amerika Serikat. Presiden pertama Amerika
Serikat adalah George Washington, seorang pemimpin yang cakap dan
pemberani.
3. Pengaruh Revolusi Amerika
Berangkat dari landasan kebebasan pribadi yang mendapatkan dukungan dari
masyarakat umum di Amerika, Deklarasi Kemerdekaan sebagai manifestasi
dari Revolusi Amerika mengilhami semangat perjuangan bangsa Amerika.
Revolusi Amerika juga mengilhami banyak bangsa-bangsa di dunia dalam
memerdekakan diri dan menentang penindasan di dunia. Pernyataan
kemerdekaan mewujudkan benih-benih dari pikiran demokrasi yang timbul di
Eropa. Timbulnya Revolusi Prancis pada 1789 merupakan bukti adanya
pengaruh dari Revolusi Amerika sebagai gerakan yang menentang penindasan
terhadap rakyat oleh penguasa.
Anda sekarang sudah mengetahui Revolusi Amerika. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.