PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT
A. Latar
Belakang Terjadinya Perjuangan Mengembalikan Irian Barat
Dari
keputusan ini terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda.
Pihak Indonesia menafsirkan bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada
Indonesia. Tetapi pihak Belanda
menafsirkan hanya akan merundingkan saja masalah Irian Barat. Dalam perjalanan
waktu, Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia.
B. Perjuangan
Diplomasi: Pendekatan Diplomasi
Setelah
upaya – upaya tersebut tidak membawa
haasil maka sejak tahun 1953 perjuangan pembebasan Irian Barat mulai dilakukan
di forum – forum internasional, terutama PBB dan forum-forum solidaritas
Asia-Afrika seperti Konferensi Asia-Afrika.
Sejak
tahun 1954 masalah Irian Barat ini selalu dibawa dalam acara Sidang Majelis
Umum PBB, namun upaya ini tidak
memperoleh tanggapan yang positif.
Partai-partai
politik dan semua golongan mendukung terhadap
upaya pembebasan Irian Barat ini,. Selain itu perjuangan merebut Irian Barat
diresmikan pemerintah maka ditetapkanlah Soa-Siu di Tidore sebagai ibu kota
provinsi Irian Barat dan Zainal Abidin Syah ditetapkan menjadi Gubernur pada
tanggal 23 september 1956.
C. Perjuangan dengan Korfrontasi Politik Ekonomi
Perusahaan-perusahaan
milik Belanda yang diambilalih oleh bangsa Indonesia pada bulan Desember 1957
tersebut antara lain Nederlandsche Handel Maatschappij N.V. (sekarang menajdi
Bank Dagang Negara), bank Escompto di Jakarta serta
Perusahaan Philips dan KL.M.
Pada
tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan hubungan diplomatic dengan
Pemerintah Kerajaan Belanda.
Pada
waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda. Sekertariat Jendral PBB
U
Thant kepada salah seorang diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk
menganjurkan usul penyelesaian masalah
Irian Barat .Dengan sikaf Belanda tersebut maka tindakan bangsa Indonesia dari
politik Konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrotasi segala bidang.
D.
Tri Komando Rakyat (Trikora)
Pada
tanggal 19 Desember 1961, President Soekarno dalam suatu rapat raksasa di
Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) Yng isinya sebagai berikut:
1.
Gagalkan
pembentukan “Negara Papua” bikinan
Belanda colonial.
2.
Kibarkan
Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3.
Bersikaplah
untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Dengan
dikeluarkannya Trikora maka mulailah konfrontasi total terhadap Belanda dan
pada bulan Januari 1962 pemerintah membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian
Barat yang berkedudukan di Makasar.
Sebelum
Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan penyusupan ke Irian Barat.
Pada tanggal 15 januari 1962 ketika waktu menunjukan pukul 21.15 di angkasa
terlihat dua buah pesawat terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patrol
ALRI.
Diperkirakan
pesawat tersebut adalah milik Belanda
jenis Neptune dan firefly,
Dalam
insiden di Laut Aru tersebut Kepala Staf Angkatan Laut, Laksmana Pertama (
Komodor ) Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten ( Laut )
WIratno, dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan. Sebelum gugur
Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan terakhir “Kobarkan Semangat
Pertempuran”.
Adapun operasi-operasi yang direncanakan
Komando Mandala di Irian Barat dibagi dalam tiga fase, yakni sebagai berikut:
1.
Fase
Intrilasi ( sampai akhir 1962 )
Memasukan 10 kompi ke sekitar sasaran-sasaran
tertentu untuk menciptakan daerah bebas de
facto. Kesatuan-kesatuan ini harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah
dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalam perjuangan fisik untuk
memmbebaskan wilayah tersebut.
2.
Fase
Eksploitasi ( mulai awal 1963 )
Mengadakan
serangan terbuka terhadap induk militer lawan,menduduki semua pos pertahanan
musuh yang penting.
3.
Fase
Konsolidasi ( awal 1964 )
Menegakkan
kekuasaan Republik Indonesia secara
mutlak di seluruh Irian Barat.
E.
Persetujuan New York
Pada
awalnya Belanda tidak yakin pasukan Indonesia dapat masuk ke wilayah Irian.
Akan tetapi operasi-operasi yang dilakukan Pasukan Komando Mandala ternyata berhasil terbukti dengan jatuhnya
Terminabuan ketangan pasukan Indonesia.
Oleh
karena itu pada tanggal 14 Agustus 1962 RI melakukan operasi besar-besaran yang
terkenal sebagai operasi Jayawijaya. Tanggal penyerbuan ini ditetapkan sebagai
“Hari H” atau “Hari Penyerbuan.”
Pada
tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu
perjanjian antara Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, bertempat diMarkas Besar PBB. Perjanjian ini terkenla dengan Perjanjian New York. Adapun isi
perjanjian New York adalah sebagai berikut.
1.
Pemerintah
Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelakasana Sementara PBB (
UNT EA= United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1
Oktober 1962.
2.
Pada
tanggal 1 Oketober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan
dengan bendera Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31
Desember untuk digantikan oleh bendera Indonesia mendampingi bendera PBB.
3.
Pemerintah
UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintahan selanjutnya disearahkan
kepada pihak Indonesia.
4.
Pemulangan
orang-orang sipil militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963
5.
Pada
tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya
tetap dalam wilayah RI atau memisahkan diri dari RI melalui Penentuan Pendapat
Rakyat ( Pepera).
F.
Arti Penting Penentuan Pendapat
Rakyat ( Pepera ) di Irian Barat
Pada
tahun 1969 diselenggarakanlah Penetuan Pendapat Rakyat ( Pepera ) di Irian
Barat dan hasilnya adalah bahwa rakyat Irian Barat tetap menghendaki sebagai
bagian dari wilayah Republik Indonesia.
Penyelesaian
sengketa masalah Irian Barat anatara Indonesia dengan Belanda melalui
Persetujuan New York dan dilanjutkan dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
merupakan cara yang adil. Dalam persoalan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat=
plebisit) menurut Persetujuan New York, pihak Belanda juga menenjukan sikapnya
yang baik.
Hasil
dari Pepera yang memutuskan secara bulat
bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Indonesia. Hasil Pepera ini
membuka jalan bagi persahabatan RI-Belanda. Lebih-lebih setelah tahun 1965,
hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak sekali bantuan dari Belanda kepada
Indonesia baik melalui IGGI (Inter
Governmental Grouf for Indonesia) atau
diluarnya.