Jumat, 27 Februari 2015

PERJUANGAN INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT

A.     Latar Belakang Terjadinya Perjuangan Mengembalikan Irian Barat
Dari keputusan ini terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda. Pihak Indonesia menafsirkan bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Tetapi pihak  Belanda menafsirkan hanya akan merundingkan saja masalah Irian Barat. Dalam perjalanan waktu, Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia.
B.     Perjuangan Diplomasi: Pendekatan Diplomasi
Setelah upaya – upaya tersebut tidak  membawa haasil maka sejak tahun 1953 perjuangan pembebasan Irian Barat mulai dilakukan di forum – forum internasional, terutama PBB dan forum-forum solidaritas Asia-Afrika seperti Konferensi Asia-Afrika.
Sejak tahun 1954 masalah Irian Barat ini selalu dibawa dalam acara Sidang Majelis Umum PBB, namun upaya  ini tidak memperoleh tanggapan yang positif.
Partai-partai politik dan semua golongan mendukung  terhadap upaya pembebasan Irian Barat ini,. Selain itu perjuangan merebut Irian Barat diresmikan pemerintah maka ditetapkanlah Soa-Siu di Tidore sebagai ibu kota provinsi Irian Barat dan Zainal Abidin Syah ditetapkan menjadi Gubernur pada tanggal 23 september 1956.
C.      Perjuangan dengan Korfrontasi Politik Ekonomi
Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang diambilalih oleh bangsa Indonesia pada bulan Desember 1957 tersebut antara lain Nederlandsche Handel Maatschappij N.V. (sekarang menajdi Bank  Dagang  Negara), bank Escompto di Jakarta serta Perusahaan Philips dan KL.M.
Pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi  memutuskan hubungan diplomatic dengan Pemerintah Kerajaan Belanda.
Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda. Sekertariat Jendral PBB
U Thant kepada salah seorang diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk menganjurkan  usul penyelesaian masalah Irian Barat .Dengan sikaf Belanda tersebut maka tindakan bangsa Indonesia dari politik Konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrotasi segala bidang.
D.      Tri Komando Rakyat (Trikora)
          
           Pada tanggal 19 Desember 1961, President Soekarno dalam suatu rapat raksasa di Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) Yng isinya sebagai berikut:
1.       Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan  Belanda  colonial.
2.       Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3.       Bersikaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan  dan kesatuan tanah air dan bangsa.
       Dengan dikeluarkannya Trikora maka mulailah konfrontasi total terhadap Belanda dan pada bulan Januari 1962 pemerintah membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makasar.
    
       Sebelum Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan penyusupan ke Irian Barat. Pada tanggal 15 januari 1962 ketika waktu menunjukan pukul 21.15 di angkasa terlihat dua buah pesawat terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patrol ALRI.
Diperkirakan pesawat tersebut adalah milik Belanda  jenis Neptune dan firefly,
    
        Dalam insiden di Laut Aru tersebut Kepala Staf Angkatan Laut, Laksmana Pertama ( Komodor ) Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten ( Laut ) WIratno, dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan. Sebelum gugur Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan terakhir “Kobarkan Semangat Pertempuran”.
    
     Adapun operasi-operasi yang direncanakan Komando Mandala di Irian Barat dibagi dalam tiga fase, yakni sebagai berikut:
1.    Fase Intrilasi ( sampai akhir 1962 )
   Memasukan 10 kompi ke sekitar sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan ini harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalam perjuangan fisik untuk memmbebaskan wilayah tersebut.
2.    Fase Eksploitasi ( mulai awal 1963 )
Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan,menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
3.    Fase Konsolidasi ( awal 1964 )
Menegakkan kekuasaan Republik  Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat.
E.     Persetujuan New York
       Pada awalnya Belanda tidak yakin pasukan Indonesia dapat masuk ke wilayah Irian. Akan tetapi operasi-operasi yang dilakukan Pasukan Komando Mandala  ternyata berhasil terbukti dengan jatuhnya Terminabuan ketangan pasukan Indonesia.
  
        Oleh karena itu pada tanggal 14 Agustus 1962 RI melakukan operasi besar-besaran yang terkenal sebagai operasi Jayawijaya. Tanggal penyerbuan ini ditetapkan sebagai “Hari H” atau “Hari Penyerbuan.”
        Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani  suatu perjanjian antara Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New  York, bertempat diMarkas  Besar PBB. Perjanjian ini terkenla dengan Perjanjian New York. Adapun isi perjanjian New York adalah sebagai berikut.
1.       Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelakasana Sementara PBB ( UNT EA= United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.
2.       Pada tanggal 1 Oketober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan dengan bendera Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk digantikan oleh bendera Indonesia mendampingi bendera PBB.
3.       Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintahan selanjutnya disearahkan kepada pihak Indonesia.
4.       Pemulangan orang-orang sipil militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963
5.       Pada tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya tetap dalam wilayah RI atau memisahkan diri dari RI melalui Penentuan Pendapat Rakyat ( Pepera).
F.      Arti Penting Penentuan Pendapat Rakyat ( Pepera ) di Irian Barat
           
           Pada tahun 1969 diselenggarakanlah Penetuan Pendapat Rakyat ( Pepera ) di Irian Barat dan hasilnya adalah bahwa rakyat Irian Barat tetap menghendaki sebagai bagian dari  wilayah Republik Indonesia.
          
           Penyelesaian sengketa masalah Irian Barat anatara Indonesia dengan Belanda melalui Persetujuan New York dan dilanjutkan dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) merupakan cara yang adil. Dalam persoalan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat= plebisit) menurut Persetujuan New York, pihak Belanda juga menenjukan sikapnya yang baik.
          
           Hasil dari Pepera  yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Indonesia. Hasil Pepera ini membuka jalan bagi persahabatan RI-Belanda. Lebih-lebih setelah tahun 1965, hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak sekali bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik melalui IGGI (Inter Governmental Grouf for Indonesia) atau diluarnya.
Comments
0 Comments
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar